Gone, But Not Forgotten

Judul : Gone, But Not Forgotten
Penulis : Phillip Margolin
Halaman : 544
Terbit : Jakarta, Desember 1996
Penerbit : Gramedia
ISBN : 9796054590

Gone, But Not Forgotten
Gone, But Not Forgotten


Di Portland, Oregon, sejumlah istri pengusaha terkemuka lenyap tanpa jejak. Yang tertinggal hanyalah setangkai mawar dan sehelai catatan bertuliskan Lenyap, Namun tak Terlupakan.

Serentetan kasus orang hilang terjadi di Hunter's Point, New York, 10 tahun silam. Namun, pembunuhnya telah tertangkap, kasusnya sudah ditutup dan satuan tugas khusus kepolisian yang menangani kasus "pembunuh mawar" telah dibubarkan.

Betsy Tannenbaum, seorang istri dan Ibu di Portland, yang dikenal sebagai pengacara feminis, telah disewa oleh pengembang multijutawan Marrin Darius - tanpa alasan jelas.

Nancy Gordon. Detektif bagian pembunuhan di Kepolisian Hunter's Point dan salah satu mantan satuan tugas "pembunuh mawar", selama sepuluh tahun belakangan ini selalu dihantui mimpi buruk tentang pembunuh sadis, yang diyakininya masih berkeliaran.

Alan Page, jaksa wilayah Portland yang tengah berupaya memecahkan misteri lenyapnya sejumlah orang, suatu malam mendadak didatangi oleh Nancy Gordon. Detektif itu menceritakan kisah yang tidak mudah dilupakan Alan Page begitu saja.


Di Washington DC, presiden Amerika Serikat baru saja mencalonkan Senator Raymond Colby sebagai ketua Mahkamah Agung. Dalam pertemua empat matanya dengan presiden, Colby menegaskan bahwa masa lampaunya bersih tanpa cela.



Sekilas, cerita ini memang berbau kriminalitas. Tentang sebuah kasus yang tidak biasa. Hilangnya para istri di Hunter's Point yang terjadi 10 tahun silam. Kemudian kembali terjadi, tapi di Portland. Ada beberapa pengacara di sini yang juga ikut andil dalam berusaha menyelesaikan masalah. Hanya saja, kepolisian di Hunter's Point tahu lebih banyak, tapi Hukum di Amerika meski masih memungkinkan untuk mengajukan Asas Praduga Tak Bersalah, tetap saja membutuhkan bukti yang jelas. Dan kasus ini begitu rumit karena tidak meninggalkan jejak apa pun.


Sebelumnya, ada tiga hal yang membedakan pengacara satu dengan pengacara lainnya dalam novel ini. Meski yang paling disorot adalah pengacara Narapidana. Tapi, ada juga Pengacara Dagang dan Pengacara Pajak. Sebagai Pengacara Narapidana, mereka dituntut untuk tetap menyimpan rahasia dari para tersangka dan membela mereka. Meski kenyataannya mereka bersalah. Bahkan lebih buruk lagi, jika pada akhirnya mereka harus membela seorang pembunuh paling kejam dan biadab sekali pun. Dan rahasia klien akan tetap mereka simpan sampai mati.


Bagaimana pola pembunuhan sadis ini ?

Seperti diceritakan sedikit di atas. Istri-istri di Hunter's Point dan di Portland menghilang. Tanpa jejak sama sekali. Hanya terdapat tulisan Gone, but not forgotten yang disertai setangkai mawar yang dicelupkan pada tinta hitam. Tidak ada jejak pelaku yang tertinggal, SAMA SEKALI. Bahkan saat olah TKP, Polisi merasakan kebuntuan karena mereka tidak menemukan ada sidik jari, rambut atau kejanggalan yang bisa di dapat. Sehingga mereka akhirnya mengundang salah seorang dokter yang pernah menangani kasus serupa, dia bernama Klien.


Siapa dokter Klien dan informasi apa yang di dapat darinya?


Mark Klien adalah seorang dokter psikiater, dia pernah menangani kasus pembunuhan anak-anak yang dilakukan oleh Son of Sam. Dia pernah bekerja di VICAP, Violent Crime Aprehension Program. Dimana departemen kecil sebuah unit kepolisian yang membentuk satuan tugas dalam menangani suatu kasus bisa melaporkan kasus tersebut pada VICAP dan mereka akan membantu dalam menyediakan data dan mendaftarkan tindak kejahatan sehingga bisa menghubungkan satu kepolisian dengan kepolisian lain yang sedang menangani kasus serupa.

Klien memberi penjelasan tentang profil pembunuh berantai yang pernah ditanganinya. Di FBI ada dua kategori dalam kasus seperti itu yaitu : Asosial tidak teratur dan Nonsosial teratur.


Nonsial teratur merupakan psikopat, baik psikopat seksual atau psikopat lainnya. Dia tidak mampu berempati, mengasihani atau memedulikan orang-orang lain. Dia menganggap para korbannya sekadar objek yang digunakan semaunya untuk melayani kebutuhan sesaat. Melampiaskan kemarahan merupakan salah satu dari kebutuhan-kebutuhan itu, baik dengan merusakkan tubuh maupun melecehkan korban.

Contoh : pembunuh dari Boston, menaruh korban-korbannya dalam posisi tertentu agar orang yang memasuki ruangan akan melihat korban dengan kaki mengangkang. Pembunuh yang lain mengirim kaki korbannya pada orangtuanya agar rasa sakit dan kesengsaraan yang disebabkannya semakin hebat.

Namun, Pembunuh Mawar hanya meninggalkan sebuah catatan untuk para suami yang istrinya menghilang, guna menyiksa orang-orang yang dikasihi sang korban. Hal itu akan sangat menarik bagi psikopat seksual, karena dia tidak terpengaruh oleh aturan moral dan rasa sesal.


Contohnya : Lucas, salah seorang Psikopat Seksual yang membunuh korbannya dengan cara memenggal kepala korban dan melakukan seks oral dengan kepala itu selama seminggu sampai bau busuk sedemikian menusuk dan dia harus membuangnya.


Meskipun tindakan mereka ekstrem, para pelaku tersebut tidak 'GILA' secara hukum. MEREKA SANGAT MENYADARI PERBEDAAN ANTARA BAIK DAN BURUK SECARA MORAL DAN HUKUM.


Khayalan dan dorongan spontan memainkan peranan besar dalam tindakan si pembunuh. Sebelum membunuh, mereka mengkhayalkan pembunuhan itu secara terperinci dan merencanakan dengan sangat teliti apa yang akan mereka lakukan. Ini meningkatkan gairah atau ketegangan mereka, sehingga pada akhirnya tindakan mereka merupakan dorongan spontan. Ketika pembunuhan sudah dilakukan, ada perasaan lega sampai perasaan tegang bertambah lagi dan siklusnya berulang kembali.


Karena Khayalan sedemikian berperan dalam perilaku mereka, para pembunuh itu sering mengambil bagian tubuh tertentu atau sehelai pakaian korbannya. Mereka menggunakannya untuk menghayati kembali perbuatan mereka.


Ada minat aneh di kalangan orang-orang ini terhasap polisi dan pekerjaan polisi. Beberapa di antaranya malah terlibat dalam PELAKSANAAN HUKUM. Itu berarti mereka mungkin menyadari langkah-langkah yang harus diambil agar tidak ketahuan.



Apa ada kaitan antara korban satu dengan yang lain ?

Menurut Klien, biasanya para korban dipilih secara kebetulan. Si pembunuh berkeliaran sampai dia memilih seseorang. Para pelacur merupakan korban yang mudah, karena mereka mau masuk mobil dengan sukarela. Korban biasanya berada di sekitar tempat tinggal si pembunuh.

Hanya saja ada satu pola yang ditunjukkan dalam pemilihan korban. Yaitu wanita-wanita yang menghilang itu, mereka istri para profesional, tidak mempunyai pekerjaan tetap dan kecuali Mrs. Lake, mereka semua tidak punya anak. Mereka juga berasal dari kota yang sama.

Para wanita itu berpendidikan. Mereka hidup di daerah elite dan para penghuni di daerah tersebut cenderung mencurigai orang asing. Namun, tidak ada tanda pergerumulan kecuali di kediaman Lake. Dan bahkan di tempat kejadian tidak begitu kacau balau.


Lantas mengapa pembunuhan itu tidak meninggalkan kekacauan ?


Di film-film ditunjukkan bahwa para pembunuh berantai digambarkan sebagai monster, tapi pada kenyataannya mereka seperti warga biasa dan tidak kelihatan mencurigakan. Pada umumnya mereka pintar, ramah dan bahkan tampan. Jadi, orang yang mereka cari sesungguhnya adalah orang yang akan dibiarkan masuk ke rumah para wanita tersebut tanpa khawarir.


Kemudian apa itu tipe kedua dari kategori yang diketahui FBI ?


Yaitu tipe pembunuh asosial tidak teratur. Mudah tertangkap karena mereka seorang anti sosial, perbuatan mereka bersifat spontan dan memakai apa saja yang ada di tangan mereka sebagai senjata. Mayat korbannya biasanya hancur atau berlumuran darah dan mereka sering terpercik darah korbannya sendiri. Kondisi TKP sering kali mengerikan. Mereka juga tidak memiliki mobilitas tinggi seperti pembunuh nonsosial teratur.


Bagaimana perkiraan Klien terhadap kondisi para korban nonsosial teratur ini jika ditemukan ?

Kondisi mereka tidak akan enak dipandang. Mereka menghadapi seseorang yang sadis secara seksual. Jika dia sudah mengisolasi korbannya dan memiliki banyak waktu untuk melepaskan amarah mereka pada para korban. PERUSAKAN DAN PEMBUNUHAN MENAMBAH GAIRAH SEKSUAL MEREKA.

Khayalan dan siksaan merupakan permainan pendahuluan. Pembunuhannya adalah penetrasi itu sendiri. Beberapa bahkan mencapai ejakulasi saat membunuh.


Apa saja bukti yang dimiliki oleh tim kepolisian Hunter's Point ?


Sebenarnya bukti yang mereka miliki banyak. Hanya saja bukti ini tidak dapat ditunjukkan. Bukti yang berasal dari sebuah insting atau asas praduga tak bersalah yang akhirnya mencapai satu titik dimana salah satu anggota tim mereka hampir menjadi korbannya.


Malam itu, di kamar Nancy Gordon, seseorang yang mendapat pengampunan dari Hakim mengakui perbuatannya. Tapi, dia kebal hukum sehingga dapat meloloskan diri dari tuduhan.


Kemudian bagaimana nasih korban dan apa yang terjadi di Portland ?


Ada dua korban yang ditemukan masih hidup. Salah satunya mengalami trauma yang sangat berat.


Dan di Portland, saat Nancy Gordon ditemukan menghilang tanpa jejak. Kepolisian dituntun menuju ke sebuah tempat dimana tempat itu adalah wilayah milik Darius. Ditemukan bukti jejak mobil Ferrari miliknya. Dan mayat tiga wanita yang ditemukan telanjang, tubuhnya rusak dan terdapat penyiksaan yang membelah tubuh mereka dari vagina hingga dada.

Awalnya, ahli forensik dalam sidang pra peradilan, mengatakan hal itu yang menyebabkan kematian para korban. Tapi, ditemukan zat lain dalam tubuh korban yaitu PENTOBARBITAL.


Sebuah obat penghilang rasa sakit yang digunakan saat anestesi. Tapi jumlah dalam tubuh mereka terlalu banyak, sehingga bisa dipastikan mereka meninggal karena over dosis pentobarbital.


Dan seorang perempuan yang 'merasa' kalau suaminya seakan cocok menjadi tersangka datang menemui Tannenbaum.


Apa yang diceritakan olehnya  dan benarkah suaminya cocok dengan ciri tersangka di kasus Portland ?


Di hadapan umum lelaki itu bersikap manis. Dan kadang jika hanya berdua dengan istrinya, dia juga bisa bersikap manis. Dibawakannya bunga dan perhiasan serta memperlakukan istrinya dengan khusus seperti seorang ratu hingga melupakan kekejamannya.


Waktu itu lelaki itu ingin bercinta. Mereka baru saja pulang dari pesta. Tapi istrinya lelah dan sang suami memaksa. Mereka bertengkar, sang istri jatuh ke lantai dan dengan santainya sang suami mengatakan 'Buka bajumu' kemudian sang istri berteriak padanya. Sehingga perutnya dipukul oleh sang suami.

Saat merasakan kesakitan, dia melihat sang suami tersenyum, berlutut di dekatnya dan memijit sebelah puting susunya hingga istrinya menangis hampir pingsan. Dan saat itu dia mulai melampiaskan gairahnya dengan tenang dan teratur. Setelah selesai dan istrinya sudah kehabisan tenaga dalam kondisi belum mengenakan pakaian, dia mengurung sang istri di ruang pakaian, hanya memberinya tisu dan ember kecil. Sampai ketika pintu dibuka, istrinya sudah tidak berdaya dan menurut ketika suaminya kembali melampiaskan birahinya.

Dan hal itu disebut sebagai hukuman. Dan setelah melampiaskan birahinya, dia akan mengurus istrinya dengan kasih sayang dan penuh kelembutan seakan dia terbiasa berbuat begitu.


Tapi, pelaku pembunuhan di Portland tidak memberikan jejak lain. Sehingga tidak ada bukti kuat yang mengikat lelaki itu pada hukum. Apakah dia kebal hukum seperti pembunuh di Hunter's Point ? Apakah dia orang yang sama ?



Kasus ini begitu rumit kalau dilihat dari perjalanan polisi yang selalu tertinggal. Sempat kepolisian Portland melakukan sesuatu yang selangkah lebih maju, hanya saja ternyata itu adalah sebuah ketergesaan yang mengakibatkan mereka kalah di pengadilan. Ini yang sungguh mengerikan, ketika para pembunuh bisa membayar pengacara yang handal dan memenangkan pengadilan hingga mereka bisa bebas.


Sementara pihak kepolisian dibuat kelimpungan karena tidak adanya bukti yang bisa dibawa pada persidangan. Meski pun mereka membawa saksi mata. Tapi, tidak mejelaskan bahwa sosok itulah pembunuhnya.


Kalau dibaca perlahan dan kurang terbiasa dengan kasus yang bertele-tele, mungkin akan terasa sangat membosankan. Hanya saja ada rasa penasaran yang tertinggal ketika menyelesaikan satu bab. Yaitu siapa pembunuhnya ? Bagaimana pihak kepolisian mengungkap pembunuhan yang sadis itu ? Bagaimana nasib akhir dari persidangan yang begitu panjang itu ?


Pada akhirnya, saya akui kelihaian Margolin, penulis yang ternyata juga seorang pengacara kasus pidana yang membuka praktek di Portland. Bagi saya setiap kasusnya begitu detil, meski kita bisa menebak bahwa lelaki itu bisa jadi pembunuhnya, tapi kemudian disadarkan pada kenyataan hukum Asas Praduga Tak Bersalah. Margolin memang handal dalam hukum, bahkan dia pernah tampil di Mahkamah Agung Amerika Serikat dan Mahkamah Agung Oregon. Tidak dapat dipungkiri kelihaian alur ceritanya ini karena dia pernah menangani 12 kasus pidana dengan ancaman hukuman mati dan menyelamatkan 12 kliennya dari eksekusi. Tidak heran jika kegalauan Tannenbaum tampaknya diambil juga dari kenyataan pekerjaannya sebagai pengacara.

Postingan Terkait